Blog

Home » Blog » Membicarakan Masa Depan Dunia Fesyen di Sustainability Fashion Fest 2024

Membicarakan Masa Depan Dunia Fesyen di Sustainability Fashion Fest 2024

December 19, 2024 - Author : TRI Cycle

Bali (7/12) – Sustainability Fashion Fest (SFF 2024) menawarkan berbagai sesi menarik dan insightful untuk mengetahui lebih dalam trend mode di Indonesia. Acara ini merupakan festival fesyen pertama yang mengusung ide keberlanjutan lingkungan di dalamnya.

SFF 2024 menjadi tonggak baru dalam industri fesyen Indonesia, menghadirkan platform kolaboratif bagi para pelaku industri mode untuk berinovasi dan menciptakan perubahan.

Dengan tema #WearTheChange, acara ini mendorong semua pihak untuk lebih peduli terhadap lingkungan melalui berbagai kegiatan menarik.

Talkshow inspiratif bertajuk “Sustainability is The Future of Fashion” mewarnai gelaran Sustainability Fashion Fest (SFF 2024) yang dimoderatori oleh Vania Herlambang (Putri Indonesia Lingkungan 2018) dan menghadirkan pembicara seperti Dino Augusto (Educator and Fashion Lecture and at Lasalle), Jessi Laihad (Owner Luxeloop), dan Annisa Fauziah (Founder TRI Cycle).

Diskusi dimulai dengan pemantik dari Vania yang menanyakan bagaimana masing-masing narasumber mengedukasi dan menyebarkan isu sustainabilitas, terutama dalam dunia fesyen baik konsumen maupun penyedia barang.

Pertanyaan ini dijawab oleh Jessi Laihad dengan menceritakan perjalanannya dalam mengembangkan Luxehoop. Usaha rent, purchase and repair barang-barang vintage yang dimilikinya berusaha menjawab kegelisahan kelompok konsumen yang over-consumption sehingga memiliki banyak baju dan aksesori di rumahnya.

Melihat hal ini, Jessica pun membuat platform dimana mereka bisa menjadi supplier untuk meminjamkan bajunya dengan jaminan tidak rusak dan kotor.

“Dari sisi masyarakat, masih ada stigma dan kekhawatiran soal kebersihan dan higienitas barangnya. Padahal, barang-barang vintage itu malah justru sangat dirawat oleh owner-nya,” jelas Jessica.

Proses mengedukasi ini juga menjadi tantangan tersendiri bukan hanya untuk pelaku industri sustainability fashion, tapi juga untuk para aktivis dan edukator. Di talkshow ini, Dino Augustino mengenalkan pengunjung dengan konsep segitiga buyer hierarcy oleh Sarah Lazarivud. Perilaku yang bisa dilakukan semua orang adalah “Pakai apa yang kita miliki”, satu tingkat ke atas adalah “meminjam atau menukar”.

Kemudian, di atas itu kita bisa berbelanja barang bekas, di puncak kita bisa membuat pakaian untuk memberdayakan penjahit lokal, dan opsi terakhir adalah “membeli pakaian baru”. ‘Konsep ini yang akan membuat kita sebagai rakyat Indonesia bisa berdaulat sandang. Artinya, bukan hanya baju jadi, bahan baku kain yang kita pakai juga harus berasal dari Indonesia,” tegasnya.

Berbicara mengenai keberlangsungan industri fesyen juga tak lepas dari masalah pengolahan limbah yang dihasilkannya. Annisa Fauziah, founder TRI Cycle menjelaskan inisiasinya bernama Rekynd. Dilaunching di SFF2024, Rekynd muncul dari kegelisahannya di setiap Clothes Swap Party.

Walaupun sebagian besar baju-baju tersebut menemukan ‘pemiliknya’ yang lain, namun ada juga baju yang sangat low value. Melihat hal ini, Annisa berinisiatif membuat Rekynd sebagai bentuk usaha mengurangi limbah pakaian dan melakukan recycle atau upcycle menjadi barang yang lebih berguna.

“Harapannya, Rekyn bisa menjadi one stop solution untuk limbah konsumen fesyen yang tidak menemukan rumah-nya kembali,” katanya.

Talkshow “Sustainability is The Future of Fashion” yang menjadi bagian dari Sustainable Fashion Fest 2024 (SFF 2024) telah berhasil menginspirasi banyak pihak untuk turut serta dalam gerakan fesyen berkelanjutan.

Disponsori oleh Inivie dan ASEAN Foundation melalui program ASEAN Social Enterprise Development Programme 3.0, SFF 2024 telah menjadi wadah bagi para pelaku industri mode untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman. Melalui talkshow ini, kita semakin yakin bahwa masa depan fesyen yang bertanggung jawab pada lingkungan ada di tangan kita semua.